Abad
21 dikenal sebagai era globalisasi. Globalisasi digambarkan sebagai
semua proses yang merujuk kepada penyatuan seluruh warga dunia menjadi
sebuah kelompok masyarakat global. Sebagai makhluk sosial, manusia
tidak dapat menghindar dari globalisasi yang pengaruhnya kini telah
menjalar kesegala aspek kehidupan, yang dapat dilakukan manusia adalah
menghadapinya dan menjadikannya sebagai peluang. Globalisasi mewajibkan
semua negara untuk siap menghadapi arus liberalisasi perdagangan barang
dan jasa, tak terkecuali dengan Indonesia. Tak hanya itu, persaingan
ketat juga terjadi di bidang sumber daya manusia dan alam, ilmu
pengetahuan dan teknologi, pendidikan, serta tak kalah pentingnya adalah
mampu. Apabila Indonesia tidak mampu menghadapinya maka kita akan
kalah dalam persaingan global tersebut.Globalisasi kini tidak hanya
identik atau didominasi oleh westernisasi ‘Dunia Barat’.
Fenomena
terbaru yang terjadi saat ini adalah fenomena hallyu atau korean wave
yang terjadi di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali dengan dunia
Barat. Hallyu bersumber pada negara Korea Selatan yang telah berhasil
menyihir dunia dengan budayanya dan menghadirkan warna yang berbeda dari
yang selama ini disuguhkan oleh bangsa Barat. Hallyu telah menjadikan
Korea Selatan sebagai Negara yang patut diperhitungkan kedudukannya di
kancah Internasional dan tidak dapat dianggap sebelah mata. Korea
Selatan yang pada 1950-an termasuk negara termiskin di Asia, kini
menjadi 10 negara terkuat ekonominya di dunia, nomor sembilan di dunia
dalam pangsa pasar film, dan menjadi negara paling besar belanjanya
untuk pertunjukan dan film. Selain itu, Korea Selatan juga merupakan
negara ke 3 yang telah berhasil menyebarkan budayanya ke seluruh penjuru
dunia setelah Amerika dan Jepang.
Korean wave ini disebut juga Hallyu wave,
mengacu pada penyebaran budaya Korea Selatan di seluruh dunia atau
kecintaan terhadap eksport budaya korea selatan. Korean Wave atau Korean
Fever merujuk pada peningkatan secara signifikan popularitas budaya
Korea Selatan di seluruh dunia sejak abad 21, terutama di kalangan
Generasi Net. Hal ini juga disebut sebagai Hallyu (Hangul: 한류; Hanja: 韩流; RR: Hallyu), dari pengucapan Korea. Hallyu atau Korean Wave pada hakikatnya merupakan fenomena demam Korea yang disebarkan melalui Korean Pop Culture
ke seluruh penjuru dunia lewat media massa, dan yang terbesar lewat
jaringan internet dan televisi. Istilah ini diciptakan di China pada
pertengahan 1999 oleh jurnalis Beijing terkejut oleh popularitas yang
berkembang pesat hiburan dan budaya Korea di Cina. Dari sebuah budaya
menjadi sebuah brand image, itulah Korean Wave. Sebuah kampanye yang
sangat menarik melalui berbagai macam cara untuk memperkenalkan Negara
Korea Selatan. Tidak bisa dipungkiri, cukup banyak orang yang tertarik
menonton drama Korea, mendengar music K-pop (Korean pop), makanan khas
korea, pakaian khas korea, belajar berbahasa korea (hangul) bahkan
brand-brand dari korea mulai merajalela di tengah krisis global ini.
Korea Selatan adalah salah satu dari sepuluh negara teratas dunia
sebagai eksportir budaya dan Korean Wave dimulai dengan meng-ekspor
drama TV Korea seperti Autumn Fairy Tale, Winter Sonata, Dae Jang Geum
(Jewel In The Palace), dan Princess Hours di seluruh Asia Timur dan Asia
Tenggara. Keberhasilan pertumbuhan drama korea segera diimbangi dengan
film korea, musik pop, makanan dan bahasa. Meskipun populer di seluruh
Asia, pengaruh Korean Wave paling terlihat di Cina, Jepang dan Asia
Tenggara, lalu menyebar ke India, Timur Tengah, Asia Tengah, Iran,
Israel, Turki dan Rusia. Korean Wave berkembang pesat di luar Asia
melalui internet dan juga menyebar ke Utara, Tengah dan Amerika Selatan,
khususnya di Chile, Meksiko dan Argentina, dan semakin menjadi populer
di Amerika Serikat. Selain itu juga menyebar di Eropa Timur dan
Skandinavia, antara lain oleh Hungaria dan Norwegia. Hal ini juga
mengumpulkan banyak minat positif di Afrika Utara, menarik penonton yang
cukup besar di Mesir.
Saat ini, Korean Wave mulai ‘menghantam’ Kerajaan Inggris dan Australia. Di Indonesia sendiri, berkembangnya Korean Pop Culture
diawali dengan kemunculan drama seri Korea terlaris kala itu yaitu
Endless Love pada tahun 2002 di salah satu stasiun televisi swasta.
Cerita yang dikemas secara apik, tidak memiliki episode yang panjang,
dengan aktor dan aktris yang berbakat dan sangat menarik penampilannya,
membuat drama seri ini menjadi awal pembuka bagi masuknya Korean Pop Culture
lainnnya. Hal tersebut dibuktikan dengan ditayangkannya drama seri
Korea lain yang berjudul Winter Sonata pada tahun yang sama pula.Selain
itu, di Indonesia kita bisa melihat maraknya pemutaran film dan sinetron
Korea di televisi, Hallyu bisa juga ditemui di toko-toko kaset dan vcd.
Dalam hal ini, film-film Korea sudah mendapat lisensi penjualan melalui
distributor resminya. Ini menandakan bahwa film Korea pun sudah mulai
sejajar dengan film-film original dari Hollywood yang dipasarkan di
Indonesia. Ini merupakan suatu capaian sukses yang diraih oleh industri
perfilman Korea. Bila dilihat dari sisi lain, film Korea memiliki pangsa
pasar juga di Indonesia. Dengan kata lain, disadari atau tidak,
sebagian masyarakat Indonesia sudah terpengaruh dengan Hallyu.Setelah
kesuksesan drama korea yang telah berhasil membuat fenomena Hallyu, maka
Pemerintah Korea Selatan berencana untuk mengulang kesuksesan yang sama
pada Korean Movie dan Korean Music.
Korean
Music atau yang lebih dikenal dengan Korea Pop (K-Pop) telah
memperkenalkan boyband dan girlband yang mampu meraih popularitas hingga
ke penjuru dunia, yang tentunya dengan kualitas yang tidak dapat
diremehkan. Di Indonesia sendiri, sudah banyak berjamur, fanbase-fanbase K-Pop Idol
baik di dunia maya maupun di dunia nyata. Semua ini terjadi, tentu
saja berkat kerjasama semua pihak yang terkait, serta pemerintah yang
peduli dan mampu melihat serta memaksimalkan peluang yang ada. Pengaruh Korean Pop culture dalam kehidupan masyarakat Indonesia disadari atau tidak yang meliputi segala aspek dari musik dan drama hingga fashion style, hair style, bahkan Korean way of life.
Fenomena tersebut terlihat dari banyaknya fanbase yang ada, baik di
dunia maya maupun dunia nyata dan menjamurnya komunitas virtual pecinta
Korea di Indonesia. Hal ini merupakan dampak dari pola konsumsi media
internet pada sebagian besar remaja Indonesia, sehingga menjadi faktor
penentu bagaimana Korean Wave bisa menyebar dan akhirnya
muncul sejumlah organisasi komunitas virtual yang anggotanya berasal
dari berbagai kota di Indonesia. Tak hanya itu, fenomena hallyu juga
telah menyebabkan pecintanya memburu segala hal yang berkaitan erat
dengan Korea, hal ini tampak jelas dari semakin meningkatnya masyarakat
Indonesia yang mempelajari bahasa Korea dan budaya Korea. Semakin
banyaknya restaurant Korea di Indonesia menunjukkan bahwa semakin
meningkatnya minat para pencinta kuliner terhadap masakan Korea. Segala
hal yang berhubungan dengan artis-artis Korea juga diburu oleh para
pecintanya, hal ini terlihat dari banyaknya kegiatan gathering sesama
pecinta artis Korea, dan maraknya lomba cover dance dan idol star.
Berdasarkan fenomena tersebut, dapat diketahui bahwa Korean Wave sedang berjalan pada tracknya di Indonesia. Memiliki kelasnya tersendiri dan punya para penggemarnya masing-masing. Tetapi yang pasti, Korean Wave
nyata-nyata sudah mempengaruhi banyak aspek kehidupan penggemarnya.
Tidak terkecuali menginspirasi para artis-artis tanah air.Fakta tersebut
telah membawa kita pada sebuah kesadaran bahwa Korean Wave diyakini atau tidak telah menginspirasi banyak artis di Indonesia. Kemunculan SM*SH sebagai boy band dengan
gaya-gaya yang menyerupai Super Junior, menjadi pembuka bagi
bermunculannya boy band dan girl band lain di Indonesia. Hal ini
menandakan bahwa dunia entertainmant khususnya musik, telah memberikan
tempat khusus bagi penikmat boyband dan girlband. Namun, hal ini tidak
dibarengi dengan kreativitas dalam berkarya dari para pihak yang
terkait, sehingga tanpa disadari atau tidak, artis-artis Indonesia telah
meniru konsep boyband dan girlband korea secara utuh, nyaris tanpa
perbedaan. Selain itu, kemampuan yang tidak dimiliki oleh artis
Indonesia adalah kemampuan dalam memanage para fans, serta menunjukkan
dan membalas kecintaan fans. Artis-artis korea kerap menunjukkan dan
membalas kecintaan fans dengan membuat lirik lagu yang khusus ditujukan
pada para fansnya, sehingga hal ini akan berpengaruh pada loyalitas dari
fans tersebut.
Tak
hanya itu, Fenomena Hallyu juga memberikan dampak negatif lainnya,
antara lain mengakibatkan lunturnya kecintaan masyarakat Indonesia
terhadap budayanya sendiri, menurunnya semangat belajar dan prestasi
belajar karena tersitanya waktu untuk menonton drama Korea atau
menjelajahi dunia maya untuk melakukan searching mengenai Korea.
Yang tak kalah penting adalah gaya hidup masyarakat Indonesia yang
telah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat Korea.Tak semua fenomena
Hallyu memberikan dampak negatif bagi Indonesia, dampak positif dari
fenomena ini antara lain; memperkaya pengetahuan akan kebudayaan negara
lain, Korea dapat dijadikan teladan yang baik dalam hal menghadapi arus
globalisasi yang semakin kuat dan tak dapat dihindari, Menginspirasi
masyarakat Indonesia untuk terus bekerja keras dan disiplin serta
memiliki etos kerja yang tinggi.
Ada pula pembelajaran yang bisa diperoleh dari fenomena Hallyu Film Korea yang telah menjadi andalan ekspor Hallyu
harus bisa dijadikan alat belajar bagi masyarakat Indonesia terutama
mereka yang berkecimpung di dunia perfilman. Banyak yang bisa dipelajari
dari keberhasilan Korea mengekspor budayanya. Salah satunya adalah
kemampuan sineas negara ini dalam menangkap pasar dari industri
interaktif. Bukan hanya tayangan di televisi, tetapi mereka akhirnya
juga telah berhasil mengemas produk mereka dalam berbagai bentuk dan
produk untuk saling mendukung pemasaran industri film mereka. Untuk
itulah Indonesia yang saat ini mau tidak mau telah menjadi “pasar” atau
konsumen budaya Korea harus bisa mengambil segi-segi positif yang bisa
didapatkan terutama dalam hal bagaimana pemerintah Korea mendukung
menyebarnya Hallyu ke dunia Internasional. Dukungan seperti ini
perlu menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia dan pemerintah Indonesia
untuk ikut memikirkan produk budaya lokal dan menghargainya. Hanya
dengan kesadaran akan berharganya produk dalam negerilah suatu negara
bisa dengan bangga memperkenalkan budayanya ke dunia
internasional. (http;//kompas.com.amirsodikin/drama-korea-yang-membuaiAsia.html)
Film
maupun sinetron di Indonesia yang sebagian besar merupakan hasil
plagiat, dapat digantikan dengan drama-drama yang dikemas secara apik
dengan berlatar belakang kehidupan masyarakat di jaman kerajaan pada
masa lampau dengan bertemakan kisah-kisah percintaan hingga
kepahlawanan. Dari situ kita dapat mengadaptasi cara Korea Selatan
dalam memperkenalkan kebudayaan dan kehidupan masyarakatnya dengan drama
Korea yang dikemas secara apik dan memiliki nilai jual serta kualitas
yang tinggi. Aliran musik yang dibawakan oleh artis Korea memang
terdengar ringan dan berbeda dari kebanyakan, sehingga mudah diterima
oleh berbagai kalangan meskipun bahasa yang digunakan sebagian besar
adalah bahasa Korea, yang tidak semua orang dapat memahaminya. Hal ini
lah yang dapat ditiru oleh Indonesia, yaitu memiliki khas tersendiri
dengan karya yang orisinil serta dapat memiliki tempat khusus di hati
para penikmat musik. Dari semua paparan di atas, hal ini tentu saja
dapat dijadikan pemicu semangat masyarakat Indonesia untuk memiliki
kemampuan menggabungkan cultural dengan industri, dan menggunakan
strategi soft diplomation sehingga Indonesia memiliki daya tarik
tersendiri di kancah Internasional.
Gelombang Hallyu yang sangat besar di Indonesia haruslah menjadi pemacu semangat yang nyata untuk melakukan perubahan. Korean pop culture
pada dasarnya sangat menarik untuk dipelajari dan menginspirasi karena
ditengah kemodernannnya, ada semangat perubahan terus menerus
didalamnya, tetapi dengan tidak meninggalkan budaya tradisional
didalamnya. Hal tersebut menjadi menarik untuk dipelajari untuk para
remaja di Indonesia, bahwa ketika kita sedang terpengaruh dengan
kebudayaan lain yang masuk, kita punya filter yaitu kebudayaan sendiri,
supaya antara tradisi dan modenitas dapat berjalan serasi, selaras, dan
seimbang. Pada akhirnya, kejayaan Korean Pop Culture di Indonesia haruslah dapat menginspirasi kita semua untuk memajukan dan berjaya dengan Indonesian Pop Culture. (http;//bidariIndrahastuti.blogspot.com.UASPTK-Fenomena Pembentukan Komunitas Virtual Pecinta Korea di Indonesia.html)
Anggota
komunitas yang lebih tertarik menyebarkan budaya Korea dibanding
melestarikan budaya Indonesia, seharusnya membuka mata bangsa ini lebih
luas akan pentingnya membuat sebuah branding yang kuat bagi
Indonesia. Indonesia memiliki nilai jual yang tidak kalah menarik dengan
Korea, namun tidak memiliki cukup strategi komunikasi untuk menyebarkan
pengaruhnya di dunia.Oleh karena itu, bangsa Indonesia sebaiknya
belajar dari Korea Selatan bagaimana menyebarkan pengaruh dan
kebudayaannya secara tepat dan efisien. Korea Selatan dengan cerdas
memberikan positioning dirinya sebagai produsen budaya dan
hiburan yang notabene akan mudah disukai oleh masyarakat. Lebih jauhnya,
perubahan perilaku konsumsi masyarakat dunia, dengan cepat membuat
promosi kebudayaan yang dilakukan Korea melalui pemanfaatan teknologi
YouTube, misalnya, menjadi pembicaraan melalui word of mouth dan viral communication yang efektif disebarluaskan secara jamak.
Keberadaan komunitas virtual yang memiliki loyalitas tinggi terhadap budaya Korea, juga banyak membantu tersebarnya Korean Wave ke mancanegara, terutama di Indonesia. Untuk ke depannya, tidak ada salahnya bagi Indonesia untuk membuat sebuah branding
pariwisata dan budaya yang lebih efektif dalam kemasan menarik,
sehingga mudah disukai oleh masyarakat dari negara lain. Lebih baik lagi
jika Indonesia memanfaatkan kecanggihan teknologi komunikasi masa kini
untuk menyebarkan informasi mengenai serba-serbi Indonesia kepada dunia
agar masyarakat dunia juga tahu bahwa Indonesia pun punya budaya yang
luar biasa.